Minggu, 28 November 2010

Kuburan Macan

Di dusun Kepuh Lor, Desa Wirokerten, Kecamatan Banguntapan, Bantul ada lahan yang dikenal dengan Kuburan Macan. Lahan itu berada di seberang sungai, pada posisi yang lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Lahan yang cukup luas. Kami anak-anak waktu itu tidak mengerti apakah benar di lahan itu dulunya pernah dipakai untuk mengubur jasad seekor atau bahkan lebih macan. Ataukah hanya sebuah nama untuk membedakan dengan yang lain, sehingga nama itu tidak mengandung fakta seperti namanya. Di Kecamatan Pleret ada desa Segoroyoso yang memang di tempat itu terdapat danau besar seperti laut, sehingga desa itu disebut Segoroyoso, bahasa Indonesianya kurang lebih laut buatan. Tapi bagi kami kumpulan anak yang sedang memiliki energi yang lebih, apalah arti sebuah nama. Yang penting bagi anak-anak, lahan itu cukup luas untuk menampung penyaluran energi yang melimpah. Bagaimana tidak cukup. Di lahan yang konon tidak bertuan itu terdapat banyak sekali tanaman buah-buahan yang bebas kami naiki dan petik.Sebagian besar ditumbuhi pohon salam, yang buahnya kecil-kecil, berwarna merah dan manis jika sudah tua dan masak. Ada juga pohon duwet yang meninggalkan warna biru tinta di lidah jika dimakan. Tapi rasanya memang manis apalagi yang sudah menghitam warnanya karena tuanya. Pohon jambu monyet, kelapa, mangga dan pisang juga dijumpai di lahan itu. Karena dianggap tidak bertuan, maka semua bebas diambil. Siapapun boleh memanjat, memetik untuk dimakan di situ atau juga dibawa pulang tidak ada yang akan melarang. Tinggal siapa yang duluan mengambil itulah berhasil. Celakanya karena seringnya dipetik oleh pemetik yang banyak, akibatnya buah yang menggantung di pohon itu tinggal yang muda, yang masih hijau, dan tentu asam kecut rasanya jika dimakan. Namun namanya juga anak, buah yang semestinya ditunggu beberapa hari biar tua dan masak dulu, dengan dalih keduluan yang lain, dihabisi juga. Jadilah pohon-pohon yang tanpa buah. Tetapi itu terjadi pada waktu bukan musimnya berbuah. Jika datang musim berbuah, maka setiap hari dipetik juga rasanya tidak ada habisnya. Bahkan banyak yang buah yang tak terambil karena posisinya yang sulit, tinggi tak terjangkau. Hanya mereka yang bernyali tinggi, yang berani menanggung resiko terjun bebas tanpa parasut karena patah ranting yang dipegangnya. Buah-buah yang tak tersentuh itu, menggantung tenang dan manis, tak terusik sampai waktunya ia bosan dan jatuh sendiri oleh takdirnya. Saat itulah jika kondisi buah masih layak, akan diambil oleh mereka yang tidak berani mengambilnya ketika sang buah masih gagah dan arogan bertengger di ujung ranting pohon.Kejadian terjun bebas itu pernah dialami oleh salah Limpung, salah satu bagian dari anak yang rajin mengunjungi Kuburan Macan. Ketika berada di pucuk ranting untuk mengambil buah duwet yang bergerombol warna hitam, sang ranting tak kuasa menahan beban tubuh Limpung yang memang lumayan berbobot. Tak ayal Limpung terjun dari ketinggian pohon. Namun bukan terjun bebas murni, sebab sang ranting masih cukup baik hati memberikan tumpangan kepada Limpung untuk mendarat tanah yang lumayan keras itu. Ranting itu laksana payung yang menghambat laju tubuh Limpung menuju gravitasi bumi. Tetapi posisi ranting tidak di atas tubuhnya. Ranting itu melingkupi tubuhnya karena dia patah saat kaki dan tangan Limpung menginjak dan memegangnya.Memang tubuh Limpung terhempas, namun nasibnya tidaklah begitu naas, hanya sedikit goresan dan memar saja. Trauma juga tidak ada, sebab saat dirinya terjun bukanlah ekspresi ketakutan yang nampak, namun justru ketawa ngakak yang mengindikasikan bahwa dia menikmati latihan terjun bebas tanpa kurikulum dan instruktur itu. Sepanjang yang saya ingat meskipun banyak yang memanjat pohon, namun belum ada terjatuh hingga tewas. Bahkan yang sekedar masuk rumah sakit karena jatuh dari pohon tidak ada. Jadi Kuburan Macan tetap dianggap aman sebagai kawasan bermain untuk segala umur.
Meskipun memiliki Kuburan Macan yang bukan kuburan, dusun Kepuh Lor memang memiliki kuburan, makamnya jasad warga Kepuh Lor yang sudah mendahului menghadap.  Di kuburan yang terletak di ujung barat dusun tepat di pinggir kali juga terdapat pohon duwet yang sangat besar. Diameternya berapa memang tidak diketahui persis, namun dibutuhkan tangan 4 anak untuk sampai merangkul keliling batang pohon yang nampak sangar tersebut. Saking besarnya, untuk memanjat tidak bisa dengan melingkarkan tangan pada batang pohon, karena pasti tidak sampai. Untuk memanjat pohon besar itu menggunakan akar dari tumbuhan parasit yang menempel pada batang pohon duwet di bagian atas. Akar yang menyerupai tali dipakai sebagai pegangan tangan, dan kemudian kaki bertumpu pada batang pohon. Seperti pemanjat tebing, orang yang memiliki nyali mampu sampai pada cabang pohon pertama di sekitar 10 meter dari tanah. Dari cabang itu baru bisa bergerak ke cabang atau bahkan ranting yang lain untuk memetik duwet. Saya berkali-kali mencoba menaiki pohon itu menggunakan akar yang menjutai dari atas. Namun juga berkali-kali gagal. Kemungkinan tetap bercokolnya rasa takut dan was-was yang menjadikan saya tidak pernah berhasil menundukkan pohon itu. Yang terbayang oleh saya jika jatuh dari ketinggian pohon itu, pastilah sang kuburan akan dengan senang hati menyambutnya. Bagaimana tidak. Di bawah pohon besar itu, yang berjajar adalah batu-batu nisan yang kerasnya sudah teruji. Tubuh yang terhempas dan menimpa batu-batu itu bisa dipastikan remuk, dan mati sudah pasti. Meskipun demikian nyali yang kuat mampu mengalahkan kengerian dan resiko itu. Semua itu demi mewujudkan keinginan memetik buah duwet. Memang duwet hasil dari pohon raksasa ini juga berukuran jumbo.Hampir sebesar ibu jari kaki, dengan warna hitam dan rasa yang manis. Saya kurang paham apakah faktor tanah dengan pupuk istimewa, pupuk organik proses alami dari tubuh dan organ manusia yang ditanam di kuburan itu. Dibutuhkan uji tanah dan lainnya untuk memberikan pemaparan logis terhadap fakta itu. Namun saya tidak begitu tertarik dengan hal itu. Saya lebih tertarik dengan buah duwet di kiburan itu, yang memang secara kualitas rasa, ukuran dan sebagainya sangat jauh melampaui dari duwet keluaran Kuburan Macan.