Sabtu, 04 Desember 2010

Soma Gule

Soma Gule
Gule merupakan salah satu jenis masakan yang cukup digemari oleh sebagian besar masyarakat Jawa, khususnya Jogja, lebih khusus lagi Bantul. Sebagai orang Jogja yang tinggal di Bantul, saya termasuk manusia yang doyan makan gule. Masakan berkuah santan itu memang terasa nikmat dengan daging kambing sebagai bahan utamanya. Namun bukan hanya kambing yang dimasak gule. Semua daging dan bukan daging bisa dimasak dengan bumbu gule.
Penjual gule dan sate kambing yang legendaries di sekitar desa Wirokerten adalah Pak Soma yang mangkal di dusun Tobratan Wirokerten. Karena warung gulenya di Tobratan maka lebih dikenal dengan gule tobratan. Pembeli datang dari berbagai penjuru Desa Wiirokerten Kecamatan Banguntapan. Bahkan juga dari kecamatan lain yaitu Pleret karena kebetulan dusun Tobratan berbatasan dengan desa Keputren Kecamatan Pleret.
Meskipun menu yang dihidangkan lebih dikenal dengan gule tobratan, tetapi bukan hanya gule yang disajikan. Pak Soma siap menyajikan tongseng dan juga nasi goreng kambing. Rasa gule tobratan memang sangat khas. Disajikan menjadi satu nyampur antara nasi dan gulenya. Warnanya kuning, aromanya segar, rasanya pas di lidah. Ditambah dengan lalapan kubis dan juga cabe menambah nikmat. Daging yang dipilih juga mudah untuk dikunyah. Biasanya daging dekat kulit atau usus dan lambung. Meski ditinjau dari sisi kesehatan kurang baik, namun untuk urusan rasa kadang melupakan rambu-rambu itu.
Gule tobratan bagi keluarga kami sudah sangat familiar. Sudah menjadi agenda keluarga kami setiap seminggu sekali kami sekeluarga pasti makan bersama di warung yang sudah menjadi langganan itu. Biasanya bapak dan ibu pesan sate, saya dan adik-adik pesen gule. Namun juga kadang sate tanpa nasi, sekedar untuk dimakan langsung.
Saya mengenal gule tobratan sejak sebelum sekolah TK, saat pak Soma masih berjalan kaki berkeliling kampung menjajakan gulenya dengan cara dipikul. Sudah bisa dipastikan ketika saya melihat dia lewat selalu saya minta dibelikan. Bahkan ketika saya dijemput Pak Tuwo naik sepeda diajak ke Saman, begitu melihat pak Soma gule tobratan saya minta turun dan minta dibelikan gule. Sebagai mbah meskipun tidak pernah mau dipanggil, lebih senang dengan panggilan Pak Tuwo, yang sangat sayang pada cucu pertamanya, pasti senang hati dituruti. Sambil duduk di pinggir jalan saya disuapi nasi gule oleh Pak Tuwo sampai habis satu piring.
Hingga akhir tahun 2010, Pak Soma dengan gulenya masih tetap eksis. Meski dengan kondisi tulang belakang yang sudah bungkuk tetap mampu menghidangkan gule yang tidak bergeser sedikitpun rasanya. Tulang belakang yang bungkuk itu kemungkinan karena kebiasaan yang sudah puluha tahun dilakukan, yaitu mengipas bara arang kayu saat membakar sate atau memasak tongseng kambing. Duduk di kursi yang lebih tinggi dari tungku, praktis badan membungkuk untuk menjangkau jarak yang tepat ke tungku api. Itu baru dugaan, bisa juga karena memang secara umur sudah cukup matang untuk menjadi orang tua yang bungkuk. Hingga akhir tahun 2010 juga saya belum menemukan tandingan rasa gule yang sepadan dengan gule tobratan. Gule yang pernah saya cicipi di berbagai tempat terasa sangat jauh dibandingkan dengan guenya pak Soma. Untuk itu cukup beralasan ketika saya ke Jogja, pasti menyempatkan diri untuk mampir ke warung gule Tobratan. Satu dua piring sudah cukup untuk sekedar membangkitkan lagi memori yang tersimpan dalam catatan hati lebih dari 30 tahun silam.

1 komentar:

  1. Merkur Safety Razor Merkur 37c (90-001) - Cascadasino
    Merkur 34C has a long handled version of the Merkur 34C. The design is more 바카라 사이트 traditional 1xbet but this razor is lighter and deccasino heavier. A slight change to the Merkur

    BalasHapus